Kolaborasi MES Australia dan Ashabul Kahfi Sydney Dorong Tata Kelola Keuangan Umat

Ekonomi Syariah  
Dr Ratna Mulyany, peneliti keuangan syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh menjadi salah satu narasumber seminar keuangan syariah internasional Islamic Economics, Finance, and Technology Australia (IEFTAR) 2022.  (Foto: Dok MES Australia)
Dr Ratna Mulyany, peneliti keuangan syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh menjadi salah satu narasumber seminar keuangan syariah internasional Islamic Economics, Finance, and Technology Australia (IEFTAR) 2022. (Foto: Dok MES Australia)

Destinasi.republika.co.id - Setelah sukses menyelenggarakan seminar serupa tahun lalu, Ashabul Kahfi Islamic Centre (AKIC) Sydney berkolaborasi dengan Masyarakat Ekonomi Syariah Pengurus Wilayah Khusus (MES PWK) Australia tahun ini kembali menggelar seminar keuangan syariah internasional Islamic Economics, Finance, and Technology Australia (IEFTAR) 2022. Acara yang digelar di Greenacre, Sydney, dan diselenggarakan secara hybrid pada Sabtu (1/10) lalu ini mengusung tema “Tata Kelola Keuangan Ummat”.

Acara seminar IEFTAR 2022 dibuka oleh Dr Chalidin Yacob, pendiri AKIC Sydney yang sekaligus anggota Dewan Pembina MES Australia, serta opening speech oleh Shaifurrokhman Mahfudz, ketua umum MES Australia.

Dalam sambutannya, Dr Chalidin mengungkapkan bahwa seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana bertukar gagasan mengenai tata kelola keuangan umat ke depan, khususnya di kalangan komunitas diaspora Indonesia di Australia. “Sudah saatnya berbagai kalangan diaspora Indonesia bersinergi semakin efektif, agar keuangan umat terkelola dengan semakin baik dan memberikan manfaat semakin banyak,” paparnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sementara itu, Shaifurrokhman mengemukakan bahwa dana yang dihimpun lembaga dakwah ataupun masjid-masjid yang dikekola oleh diaspora Indonesia perlu terus dioptimalkan. Dengan demikian, dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai program-program dakwah strategis dengan jangkauan manfaat yang luas. “Di samping itu, pengelolaan dana umat haruslah memperhatikan empat aspek utama, yaitu hukum, kebijakan, tata kelola, dan etika,” demikian Shaifurrokhman.

Ketua umum MES Australia ini juga menekankan pentingnya kehati-hatian terkait semangat keberagamaan yang tidak berlandaskan ilmu. Kepercayaan yang diberikan masyarakat harus dijaga dari kepentingan pribadi ataupun kelompok. “When you get social trust, beware of your personal benefits,” ujar Shaifurrokhman. Karena itu, perlu panduan dan aturan yang berlapis-lapis dalam upaya meminimalisasi potensi fraud dan greed.

Tata kelola dana komunitas Muslim di Australia

Sesi pertama seminar memokuskan pembahasan pada tata kelola dana komunitas Muslim di Negeri Kanguru. Bertindak sebagai pembicara pada sesi ini adalah Andri Nursafitri, seorang tokoh diaspora Indonesia yang juga merupakan business development manager di Amanah Islamic Finance, Melbourne. Adapun pembicara kedua adalah Mrs Lama Fadda dari Launchgood, sebuah lembaga crowdfunding Islam internasional.

Ashabul Kahfi Islamic Centre (AKIC) Sydney berkolaborasi dengan Masyarakat Ekonomi Syariah Pengurus Wilayah Khusus (MES PWK) Australia menggelar seminar keuangan syariah internasional Islamic Economics, Finance, and Technology Australia (IEFTAR) 2022, di Greenacre, Sydney, secara hybrid, Sabtu (1/10).  (Foto: Dok MES Australia)
Ashabul Kahfi Islamic Centre (AKIC) Sydney berkolaborasi dengan Masyarakat Ekonomi Syariah Pengurus Wilayah Khusus (MES PWK) Australia menggelar seminar keuangan syariah internasional Islamic Economics, Finance, and Technology Australia (IEFTAR) 2022, di Greenacre, Sydney, secara hybrid, Sabtu (1/10). (Foto: Dok MES Australia)

Andri menguraikan peran Amanah Islamic Finance dalam mengelola dana Islamic home financing. Dia menuturkan, Amanah memiliki banyak model ijarah dalam bisnisnya, yang dapat dimanfaatkan oleh warga diaspora Indonesia di Australia ini.

“Juga dalam menjalankan bisnisnya, Amanah memiliki fungsi kontrol yang ketat dalam mengelola dana yang diterimanya. Selain itu, kami juga menggunakan lembaga audit profesional untuk mengaudit setiap kegiatan bisnis syariah kami,” ungkap Andri.

Selanjutnya, Lama mengelaborasi bagaimana Launchgood sebagai salah satu lembaga crowdfunding Islam internasional membantu komunitas-komunitas Muslim di dunia dalam menghimpun dana guna menyukseskan berbagai program keumatan. “Lembaga crowdfunding memanfaatkan kekuatan jejaring sosial dan internet untuk memberi sarana dalam upaya menggalang dana atau membantu orang yang ditimpa kesulitan. Oleh karena itu, penting membangun hubungan antara kegiatan kampanye dan komunitas dengan masyarakat yang menjadi sasaran bantuan,” papar Lama.

Akuntabilitas pengelolaan dana umat

Pada sesi kedua, bertindak sebagai narasumber adalah Dr Ratna Mulyany, peneliti keuangan syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Ratna menyoroti mengenai pentingnya penerapan akuntabilitas pada organisasi-organisasi filantropi Islam. Sebagian lembaga filantropi Islam cenderung belum mengedepankan transparansi dan akuntabilitas sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap pada pendonor dan komunitas.

Selanjutnya, Ratna memaparkan usulan framework akuntabilitas berdasarkan maqasid asy-syariah, di mana tujuan dari pelaporan akuntabilitas ini adalah untuk menjaga nilai-nilai kehidupan manusia, menjaga diri manusia, melindungi masyarakat, dan menjaga lingkungan sekitar.

“Walaupun para pendonor mengikhlaskan setiap donasi yang diberikan, merupakan tanggung jawab dari setiap organisasi filantropi Islam untuk menjaga akuntabilitas pelaksanaan kegiatannya,” tegas Ratna.

Tampil sebagai narasumber terakhir adalah M Hafidz Lidinillah, Sekretaris Jenderal MES Australia yang juga pegawai Kementerian Agama RI, yang mengangkat topik mengenai pengelolaan dana haji di Tanah Air. Hafidz menuturkan bahwa pengelolaan dana haji di Indonesia saat ini menerapkan hubungan fidusia, di mana calon haji menempatkan kepercayaan dan ketergantungan kepada pihak pengelola haji yang memiliki kewajiban fidusia untuk bertindak dalam proses pemberangkatan pihak calon haji.

Dengan kata lain, terdapat hubungan antara wakil dan muwakkil. Dalam bentuk hubungan seperti ini, diperlukan sebuah kontrak wakalah antara kedua belah pihak. “Karena itu, terdapat rekomendasi bahwa kontrak wakalah harus berisi klausul yang memungkinkan transparansi yang lebih besar bagi jemaah haji, serta klausul yang memberikan kebebasan memilih kepada jemaah haji tentang pilihan investasi portofolio yang berbeda,” demikian Hafidz dalam presentasinya.

Nota kesepakatan dengan dua Perguruan Tinggi di Tanah Air

Dr Teuku Aulia Geumpana, Program Chair IEFTAR 2022 yang juga anggota Dewan Pakar MES Australia, menuturkan bahwa pelaksanaan IEFTAR tahun ini cukup istimewa. Selain membahas isu-isu keuangan syariah seputar pengelolaan dana umat, IEFTAR 2022 tersebut juga menjadi tempat penandatangan nota kesepakatan (Memorandum of Agreement/ MoA) kerja sama antara AKIC Sydney dan dua institusi pendidikan Tanah Air, yaitu FEB Universitas Syiah Kuala dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.

MoA antara AKIC dan kedua institusi tersebut ditandatangani langsung oleh Dr Chalidin selaku pendiri AKIC Sydney; Prof Dr Faisal, dekan FEB Universitas Syiah Kuala; dan Dr Hafas Furqani, dekan FEBI UIN Ar-Raniry. Selanjutnya, juga ditandatangai dokumen kesepakatan implementasi (Implementation Agreement) yang berisikan rencana konkret implementasi MoA tersebut.

“Melalui penandatanganan MoA ini, kami berharap FEB USK dan FEBI UIN Ar-Raniry dapat turut membantu AKIC dan MES Australia dalam upaya membangun kesadaran akan keuangan syariah bagi masyarakat muslim di Australia, khususnya di Sydney,” tutur Aulia.

Shaifurrokhman menyampaikan kesyukuran pihaknya atas terselenggaranya IEFTAR 2022 ini. “Di sini alhamdulillah kita melihat semangat kolaborasi dari beragam pihak, seperti cendekiawan, ulama, birokrat, maupun pelaku industri keuangan syariah, agar keuangan syariah dapat terus berkembang dan memberikan maslahat seluas mungkin, khususnya di kalangan diaspora Indonesia di Australia,” pungkasnya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Irwan Kelana adalah cerpenis, novelis, wartawan dan penikmat travelling.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image