Mahasiswa STAIL Surabaya Diingatkan Tentang Urgensi Islamisasi Ilmu

Pendidikan dan Literasi  
Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL), Surabaya, menyelenggarakan general lecture, dengan mengangkat tema “Mengapa Islamisasi Ilmu? (Memahami Gagasan Prof M Naquuib Al-Attas)”, Senin (21/11/2022). (Foto-foto: Dok STAIL Surabaya)
Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL), Surabaya, menyelenggarakan general lecture, dengan mengangkat tema “Mengapa Islamisasi Ilmu? (Memahami Gagasan Prof M Naquuib Al-Attas)”, Senin (21/11/2022). (Foto-foto: Dok STAIL Surabaya)

Destinasi.republika.co.id- Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL), Surabaya, menyelenggarakan general lecture, dengan mengangkat tema “Mengapa Islamisasi Ilmu? (Memahami Gagasan Prof M Naquuib Al-Attas)”, Senin (21/11/2022). Hadir sebagai pemateri tunggal Assoc Prof Dr Ugi Suharto, dosen di Universitas Buraimi, Oman.

Dalam pemaparannya, Prof Ugi menyampaikan realitas, bahwa saat ini peradaban Barat tengah menghegomoni segala aspek kehidupan umat Islam, termasuk dalam hal keilmuan.

"Ilmu yang berkembang saat ini telah dimasuki unsur-unsur peradaban Barat. Padahal hal ini sangat berbahaya bagi umat Islam, karena bisa mempengaruhi jiwa," ujarnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pakar ekonomi syariah ini kemudian menyebutkan unsur-unsur peradaban Barat yang berpotensi membahayakan bagi umat Islam.

"Yang pertama, peradaban Barat itu berdasarkan rasionalitas. Mereka sangat menuhankan rasio. Hal yang di luar itu dianggap kurang ilmiah," terangnya.

Padahal dalam Islam, lanjutnya, masih ada unsur lain yang dijadikan sumber ilmu. Yaitu wahyu. Hal ini tidak diterima oleh peradaban Barat sebagai konsep ilmu.

Assoc Prof Dr Ugi Suharto, dosen di Universitas Buraimi, Oman, berfoto bersama pimpinan, dosen dan mahasiswa  STAIL Surabaya. 
Assoc Prof Dr Ugi Suharto, dosen di Universitas Buraimi, Oman, berfoto bersama pimpinan, dosen dan mahasiswa STAIL Surabaya.

Unsur lain, imbuhnya, dualisme dan sekulerisme, humanisme dan tragedi. Sebuah konsep ilmu yang menghilangkan nilai-nilai ruhiah, memisahkan antara agama-sains, agama-politik, dan manipulasi peristiwa.

"Ketika penuntut ilmu mempelajari ilmu semacam ini, maka yang terjadi akan lahir para pakar berbagai disiplin ilmu, tapi justru menjadi penentang Tuhan. Mereka jauh dari agama," jelasnya.

Padahal ilmu yang benar adalah ilmu yang mampu mengantarkan pemiliknya lebih mengenal hakekat dirinya dan tujuan hidup di dunia ini.

Untuk mengurai persoalan ini, maka umat Islam perlu melakukan identifikasi. Manakala menemukan ilmu mengandung unsur-unsur yang menjadi landasan dasar keilmuan Barat, maka itu harus dikelompokkan: antara mana yang bersesuaian dengan konsep keilmuan Islam dan yang bertolak belaka.

Acara General Lecture yang dimoderatori oleh ketua STAIL, Ustadz Moh Idris MPdI itu dihadiri oleh pengelola STAIL, dosen, mahasiswa/i, dan tamu undangan.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Irwan Kelana adalah cerpenis, novelis, wartawan dan penikmat travelling.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image