Diskusi Bada Shalat Shubuh di Masjid At-Taqwa Cirebon, Prof Rokhmin Bahas Kunci Masa Emas Umat Islam

Khazanah  
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.

Destinasi.republika.co.id – Masjid At-Taqwa Cirebon menggelar Diskusi Ba’da Shalat Shubuh bertajuk “Prinsip Kepemimpinan Untuk Menatap Masa Depan”, Ahad (23/10/2022). Diskusi itu mengundang Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan-IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS sebagai narasumber.

Prof Rokhmin Dahuri mengawali materinya dengan mengupas urgensi kepemimpinan dalam perspektif Islam. “Ada tiga argumentasi atau alas an pentingnya kepemimpinan dalam perspektif Islam, yakni argumentasi naqly yang bersumber dari Alquran dan Hadits, argumentasi aqly, dan argumentasi empiris,” kata Prof Rokhmin Dahuri.

Terkait argumentasi naqly, Prof Rokhmin yang juga anggota Dewan Pakar ICMI Pusat yang menyebut firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 30: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kemudian: “Wahai orang-orang yang beriman!. Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad saw), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 49)

Juga firman Allah: “Wahai Dawud!. Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shad: 26)

Rokhmin yang juga wakil ketua Dewan Pakar Majelis Nasional (MN) KAHMI juga mengutip Hadits Nabi: Ibnu umar r.a berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tangggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memlihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin akan ditanya (diminta pertangggung jawab) dari hal yang dipimpinnya." (HR Bukhari Muslim)

Lalu: “Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (HR Muslim)

Terkait alasan (argumentasi) aqly, Prof Rokhmin yang juga ketua Dewan Pakar Ikhwanul Mubalighin mengatakan, “Suatu ciptaan (makhluk) akan sukses, bila ia menjalankan kehidupannya berdasarkan pada pedoman (manual, guidelines) yang dibuat oleh penciptanya (Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa. Maka, seorang pemimpin akan sukses memimpin anggota (rakyat)-nya, bila ia mengikuti pedoman dari Allah SWT, yakni kepemimpinan model Rasulullah SAW.”

Sementara itu, terkait alasan (argumentasi fakta empiris), Rokhmin yang juga anggota Dewa Pembina Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) mengutip testimoni para ilmuwan dan pakar kelas dunia. Pertama, Dr Zuwaimer (orientalis Kanada) dalam bukunya

”The East and its Tradition” menyatakan ‘Tidak diragukan lagi bahwa Muhammad adalah pemimpin agama terbesar yang paling sukses. Bisa juga dikatakan bahwa dia adalah seorang tokoh reformis, mumpuni, fasih, pemberani, dan pemikir yang agung’.

Kedua, Michael Hart dalam bukunya “ The 100 a Ranking of The Most Influential Persons in History “ salah satu alasannya ialah “Nabi Muhammad mampu membawa Arab dari wilayah yang “terbelakang” sampai menjadi wilayah yang “berperadaban”.

Rokhmin lalu memaparkan Masa Kejayaan Umat Islam (Golden Age), yakni potret kehidupan masyarakat dunia yang maju, adil-makmur di zaman kejayaan umat Islam pada abad-7 sampai abad-18. Ini lalu menyebutkan ciri-cirinya.

Pertama, ketika umat Islam melaksanakan Islam secara kaffah dan itibba’ (Fatukh Makkah s/d sebelum Revolusi Industri), umat Islam menguasai IPTEK, maju, hidup sejahtera dan berkeadilan, dan menguasai 2/3 wilayah dunia.

Kedua, saat itu umat Islam menjadi pusat keunggulan (center of excellence) IPTEK dunia, dan para ilmuwan dan teknolog dari seluruh penjuru dunia belajar kepada ilmuwan dan teknolog muslim secara gratis (tidak perlu hak paten).

Ketiga, Perguruan Tinggi pertama dan terbaik di dunia adalah Bayt Al-Hikmah di Baghdad pada 832 M di masa Khalifah Al-Mansur (754 – 775 M) dan Al-Ma’mun (813 – 833 M), Kekhilafahan Abasyiah. Oxford University dan Sorbone University meniru Bayt Al-Hikmah (Wallace-Murphy, 2017).

Keempat, Perekonomian; pendidikan; interaksi sosial, politik, dan budaya berjalan atas dasar persaudaraan karena Allah, Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Kelima, agama, keyakinan, jiwa, harta, dan hak-hak sipil warga non-muslim dilindungi oleh Negara Islam.

Keenam, kehidupan social berlangsung secara harmonis, anak-anak yatim dipelihara, yang kaya membantu dan memberdayakan (empowering) yang miskin, yang miskin tidak iri terhadap yang kaya dan bekerja sama dengan yang kaya dengan mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Ketujuh, ekonomi dan perdagangan diatur dalam koridor efisiensi dan keadilan, tidak ada kecurangan serta penipuan karena masyarakatnya memahami dan menaati hukum Allah dan Rasul-Nya secara istiqamah.

Kedelapan, masyarakatnya mencintai dan gemar menuntut IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi), dan pemerintahnya mendorong serta memfasilitasi aktivitas penelitian, pengembangan, pemguasaan, dan penerapan IPTEK dalam segenap aspek kehidupan.

Kesembilan, para pemimpinnya (kepala negara, Menteri, gubernur, dan lainnya) hidup sederhana dan sangat mencintai rakyatnya.

"Hasilnya, pada masa Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, Harun Al-Rasyid, Muhammad Al-Fatih dan lainnya, tidak ada satu penduduk Khilafah (Negara) Islam yang mikin. Bahkan, zakat, infak, sedekah dan IPTEK pun diekspor ke seluruh penjuru dunia,” ujar Prof Rokhmin Dahuri.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Irwan Kelana adalah cerpenis, novelis, wartawan dan penikmat travelling.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image